Microneedling Pen Jujur aja, awalnya aku tuh skeptis banget sama yang namanya Microneedling Pen. Ngebayangin jarum-jarum kecil nusuk wajah sendiri? Ih, serem. Tapi pas liat konten beauty di TikTok, banyak banget yang pamer before-after kayak baru keluar beuty dari klinik estetik. Padahal mereka cuma pakai microneedling pen di wikipedia!
Akhirnya rasa penasaran menang. Aku mulai googling, nontonin review, sampe nanya-nanya ke temen yang udah pernah coba. Ternyata, banyak yang bilang kalau ini bisa bantu ngilangin bekas jerawat, pori-pori gede, bahkan garis halus. Yang penting: harus sabar, konsisten, dan tahu caranya.
Nah dari sinilah perjalananku dimulai. Dan, jujur ya… nggak semuanya berjalan mulus. Tapi hasilnya? Bisa banget bikin ketagihan!
Pertama Kali Nyoba Microneedling di Rumah
Setelah mikir berkali-kali dan nimbang antara beli alat atau ke klinik, akhirnya aku beli satu Microneedling Pen yang cukup terkenal di marketplace. Harganya nggak murah sih, sekitar 600 ribuan. Tapi dibanding treatment di klinik yang sekali jalan bisa 700-900 ribu, ini investasi jangka panjang.
Yang aku beli sudah include:
- Alat Microneedling Pen
- Charger USB
- Beberapa jarum (cartridge) ukuran 0.25mm sampai 1.0mm
- Manual book (yang… jujur aja, agak ngaco bahasanya, haha)
Hari pertama nyobain, aku nervous parah. Tanganku keringetan padahal kamar adem. Aku sterilkan alatnya dulu pakai alkohol 70%, cuci tangan, cuci muka, lalu pakai serum HA (hyaluronic acid) biar licin.
Pas alat nyala dan jarum mulai bergerak—berasa deg-degan kayak mau diambil darah. Tapi waktu nempel ke kulit… eh, nggak separah yang kubayangin! Rasanya lebih kayak digaruk ringan. Nggak sakit, tapi agak perih di beberapa area sensitif kayak dekat bibir dan bawah mata.
Hasil Setelah Beberapa Kali Pemakaian
Ini yang banyak orang pengen tahu: emang seampuh itu kah Microneedling Pen?
Jawabannya: iya, tapi sabar dulu, Bro-Sis.
Di awal-awal, aku pakai seminggu sekali dengan jarum ukuran 0.25mm. Fokusnya lebih ke penyerapan serum dan regenerasi kulit ringan. Tapi hasilnya belum terlalu kelihatan.
Baru pas aku naikkan ke 0.5mm dan pakai tiap 10 hari sekali—muncul perubahan nyata:
- Bekas jerawat yang tadinya cokelat kehitaman mulai memudar.
- Tekstur kulit jadi lebih halus.
- Serum jadi jauh lebih cepat nyerap, nggak ngambang di atas kulit.
- Di bagian dagu dan pipi yang dulunya sering bruntusan… lebih bersih!
Yang paling bikin seneng, pori-pori di area hidung yang dulu kelihatan kayak “sarang tawon”, mulai mengecil. Serius. Aku sampe ngaca berkali-kali buat make sure.
Kesalahan yang Pernah Aku Lakuin (dan Jangan Kamu Ulangi)
Tapi ya, nggak semua pengalaman itu mulus. Ada beberapa blunder yang bikin aku mikir, “kenapa sih aku nggak baca lebih banyak dulu?”
1. Pakai Jarum Terlalu Panjang di Awal
Awalnya aku sok-sokan pakai 1.0mm karena liat hasil orang lain kece banget. Eh, alhasil mukaku jadi merah parah, bahkan sempat breakout. Baru sadar, jarum sepanjang itu tuh seharusnya dipakai profesional. Jangan asal!
2. Langsung Kena Matahari Setelah Treatment
Ini fatal. Hari itu aku microneedling pagi-pagi terus jalan-jalan siangnya. Walaupun udah pakai sunscreen, tetap aja kulit jadi belang dan makin sensitif. Sejak itu, aku cuma treatment malam hari.
3. Nggak Ganti Cartridge Jarum
Karena mikir “kan baru sekali pakai”, aku pakai cartridge yang sama dua kali. BIG NO. Jarum jadi tumpul, bikin kulit iritasi. Sekarang aku selalu ganti tiap sekali pakai—lebih aman dan steril.
4. Salah Pilih Serum
Awal-awal, aku pakai serum dengan vitamin C tinggi langsung setelah treatment. Perihnya? Luar biasa. Ternyata, sebaiknya pakai serum yang soothing seperti hyaluronic acid, aloe vera, atau peptide.
Tips Penting Buat Kamu yang Mau Coba
Dari pengalaman suka-duka ini, aku pengen bantu kamu supaya nggak salah langkah. Nih beberapa hal yang wajib kamu perhatiin:
✔ Pilih Ukuran Jarum yang Tepat
- 0.25mm buat penyerapan serum.
- 0.5mm buat tekstur dan bekas jerawat ringan.
- 1.0mm ke atas? Mendingan serahkan ke klinik.
✔ Selalu Steril
Jangan asal. Bersihkan pen dan jarum pakai alkohol sebelum dan sesudah pemakaian. Jangan pernah pakai jarum bekas, walau kelihatan “masih bagus”.
✔ Waktu yang Pas
Pakai malam hari sebelum tidur, biar kulit punya waktu healing semalaman. Dan besoknya, wajib banget pakai sunscreen SPF tinggi.
✔ Konsisten Tapi Jangan Berlebihan
Aku sekarang pakai 1-2 minggu sekali. Lebih dari itu, kulit bisa trauma dan malah makin rusak.
Worth It Nggak?
Kalau kamu tanya: “Apakah Microneedling Pen worth it?”, menurutku YES, asal kamu tahu apa yang kamu lakukan.
Alat ini nggak ajaib, tapi powerful kalau digunakan dengan benar. Dan yang paling penting, kita jadi lebih kenal kulit kita sendiri. Aku belajar banyak soal skincare cuma dari trial error selama proses ini.
Aku juga merasa lebih “berdaya”. Nggak perlu tunggu promo klinik atau keluar duit jutaan tiap bulan. Bisa rawat kulit sendiri di rumah, kapan aja, sambil dengerin podcast atau nonton Netflix.
Penutup: Jangan Takut Coba, Tapi Belajar Dulu
Microneedling Pen bukan solusi instan. Tapi kalau kamu sabar, rajin, dan teliti—hasilnya bisa ngalahin treatment mahal. Aku nulis ini bukan karena endorse atau jualan alat, tapi karena aku tahu banyak yang kayak aku dulu: pengen coba tapi takut.
Pesanku cuma satu: Jangan buru-buru. Edukasi diri dulu. Liat review, baca blog, tonton YouTube. Trus baru pelan-pelan coba. Karena kulit kita tuh investasi jangka panjang, bukan eksperimen sekali jalan.
Dan kalau kamu udah coba, yuk cerita juga! Karena pengalaman tiap orang bisa beda, tapi saling sharing itu yang bikin kita semua makin pinter.
Baca Juga Artikel Ini: Eye Cream: Manfaat dan Keunggulan dalam Perawatan Kulit