Saya nggak akan bohong. Awalnya saya bahkan nggak tahu ada yang namanya Pantai Batu Siha.
Nama-nama besar seperti Pantai Pink, Labuan Bajo, atau Komodo Island jelas lebih sering berseliweran di feed Instagram dan brosur wisata. Tapi suatu hari, waktu saya ngobrol santai sama sopir travel lokal di Maumere, dia bilang, “Kalau mau lihat pantai yang masih perawan dan nggak banyak turis, coba ke Batu Siha.”
Saya kira dia bercanda. Tapi begitu saya sampai sana… waduh. Rasanya kayak nemu permata tersembunyi di ujung timur Indonesia. Serius!
Pantai Batu Siha itu terletak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kalau kamu suka ketenangan, ombak lembut, pasir putih halus yang masih bersih dari jejak sandal turis, dan air laut sebening kaca—ya, ini tempatnya.
Bukan cuma indah, tapi juga raw. Alamiah banget. Saya suka menyebutnya “pantai yang belum dijamah caption Instagram”—karena belum banyak orang tahu.
Dan itulah kenapa saya ngerasa wajib nulis ini. Bukan cuma buat berbagi, tapi juga karena saya tahu banyak orang kayak saya—capek dengan destinasi mainstream. Butuh sesuatu yang lebih jujur, lebih alami.
Akses Menuju Pantai Batu Siha — Tidak Mudah, Tapi Sepadan
Oke, jujur ya, buat sampai ke Pantai Batu Siha butuh sedikit perjuangan. Tapi justru itu yang bikin dia tetap “asli”. Nggak ada bus besar, nggak ada rombongan turis selfie-an pakai tripod. Hanya ada suara ombak dan angin yang nyisir pohon kelapa Tripadvisor.
Rute saya waktu itu:
Terbang ke Bandara Frans Seda di Maumere.
Dari sana, naik mobil ke arah selatan sekitar 1,5 jam lewat jalan lintas Maumere–Magepanda.
Di tengah jalan, saya sempat nyasar, karena plang menuju Pantai Batu Siha ini nggak begitu jelas. Tapi itu juga bagian dari keseruannya.
Setelah beberapa kali tanya ke warga lokal (yang semuanya ramah banget), saya akhirnya nemu jalan setapak menuju pantai.
Saran saya? Gunakan motor atau mobil pribadi. Hindari hujan, karena jalanan bisa licin dan rawan longsor di beberapa titik. Dan… siapkan GPS, tapi jangan terlalu berharap juga. Kadang sinyal bisa hilang. Trust me, peta terbaik di sana adalah senyum dan sapaan warga lokal.
Tapi begitu kamu menginjakkan kaki di sana… semua capek itu langsung lenyap. Air laut yang biru toska, pasir putih bersih, dan batuan karang eksotis siap menyambut.
Apa Sih yang Bikin Pantai Batu Siha Begitu Spesial?
Oke, sekarang bagian favorit saya: kenapa Pantai Batu Siha layak masuk daftar pantai terbaik di Indonesia versi saya pribadi?
1. Sepi dan Damai
Nggak kayak pantai-pantai komersil lainnya, Pantai Batu Siha itu tenang banget. Nggak ada pedagang asongan, nggak ada kursi pantai, nggak ada suara speaker dari kafe. Yang ada cuma suara alam.
Kalau kamu suka healing beneran—yang nggak setengah-setengah—ini tempatnya.
2. Pasirnya Halus Banget
Saya sampai copot sandal, jalan-jalan menyusuri pantai cuma pakai kaki telanjang. Dan rasanya… wow. Nggak banyak karang tajam. Bahkan saya sempat selonjor sambil rebahan di pasir, nonton awan jalan-jalan di langit. Serasa terapi gratis dari semesta.
3. Air Lautnya Jernih
Waktu saya celup kaki, saya bisa lihat ikan kecil berenang di antara jari-jari. Sumpah, airnya sebening kaca. Kalau bawa snorkel, kamu bisa langsung nikmati karang dangkal dan biota laut tanpa perlu kapal.
4. Batuan Karang Unik
Nah ini, yang bikin namanya “Pantai Batu Siha.” Ada batu besar menjulang di sisi timur pantai. Bentuknya nggak biasa—semacam bulat pipih, berdiri tegak, kayak penjaga pantai dari zaman purba. Banyak warga bilang, batu itu punya kisah mistis. Tapi saya sih lebih suka mikir itu karya seni dari Tuhan langsung.
Tips dan Trik dari Orang yang Pernah Nyasar di Sana
Setelah pengalaman pertama saya ke Pantai Batu Siha, saya belajar beberapa hal penting yang ingin banget saya bagi buat kamu:
Datang pagi atau sore. Kenapa? Karena matahari Flores bisa sadis banget kalau pas tengah hari. Plus, pencahayaan pagi dan sore bikin fotomu jadi estetik banget.
Bawa makanan dan minuman sendiri. Nggak ada warung di sekitar situ, jadi siapkan logistik. Tapi jangan lupa bawa kembali sampahmu ya.
Gunakan alas kaki nyaman. Karena akses jalan belum mulus semua, sandal gunung lebih cocok daripada sendal jepit murahan.
Hindari musim hujan. Selain jalannya bisa bahaya, laut juga bisa pasang.
Hormati alam dan warga sekitar. Jangan bawa pulang kerang, jangan corat-coret batu, dan jangan rusak karang ya.
Saat Saya Hampir Kehilangan Drone di Batu Siha (dan Malah Dapat Pelajaran Berharga)
Saya mau jujur, ada satu momen panik yang bikin jantung nyaris copot. Waktu itu saya coba terbangkan drone untuk ambil footage aerial Pantai Batu Siha. Tapi karena angin sore lumayan kencang, drone saya sempat hilang arah.
Udah deg-degan, udah mikir kehilangan drone 8 juta yang saya cicil 6 bulan itu…
Eh ternyata drone saya mendarat pelan di atas karang. Selamat. Tapi saya harus turun sedikit tebing kecil buat ambil itu barang. Dan di situ saya baru sadar—alam itu nggak bisa ditebak. Tapi dia selalu “ngasih kode”.
Saya belajar buat lebih menghormati tempat baru. Bukan cuma eksplorasi, tapi juga adaptasi. Dan sejak itu, saya nggak pernah lagi asal terbangkan drone tanpa cek angin atau arah matahari.
Haruskah Kamu ke Pantai Batu Siha? Kalau Kamu Suka Kejujuran Alam, YES.
Jadi, pantai ini bukan buat semua orang. Kalau kamu tipe yang nyari resort mewah, makanan all-you-can-eat, atau lounge dengan bean bag warna-warni… mungkin kamu bakal kecewa.
Tapi kalau kamu tipe pencari ketenangan, pemburu keindahan alami yang masih polos, dan suka ngobrol sama warga lokal lebih dari duduk di bar—Batu Siha adalah tempatmu.
Saya nggak mau bilang ini “pantai terbaik di Indonesia”, karena itu subjektif. Tapi buat saya pribadi? Ini salah satu pantai yang bikin saya merasa “kaya”. Bukan kaya harta, tapi kaya pengalaman, kaya rasa syukur.
Semoga Batu Siha Tidak Terlalu Cepat Dikenal
Saya ragu mau nulis artikel ini. Ada bagian dari saya yang pengin pantai ini tetap tersembunyi. Tapi saya juga percaya, kalau dibagikan ke orang yang tepat—yang tahu cara menghargai alam—maka tempat seperti ini bisa tetap lestari sekaligus memberi manfaat ke warga lokal.
Jadi kalau kamu ke sana… jangan cuma ambil gambar. Ambil juga waktu buat duduk, napas dalam-dalam, dan sadar bahwa kita masih punya keindahan asli di negeri sendiri.
Sampai jumpa di tepian Batu Siha. Jangan lupa bawa cerita pulang.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang KarimunJawa untuk Pertama Kali: Catatan Jujur dari Liburan Spontan ke Surga Laut disini