Kalau ada satu momen yang selalu bikin saya semangat tiap tahun, apalagi di daerah pesisir atau kawasan pecinan, ya itu lomba perahu naga. Awalnya saya kira ini cuma olahraga air biasa. Tapi begitu saya nonton langsung, saya baru sadar—ini bukan cuma lomba, ini seni budaya. Ada teriakan semangat, gemuruh drum, warna-warni perahu yang dihias kayak naga, dan semangat gotong royong yang terasa banget di udara.
Perahu panjangnya dihias seperti culture naga—lengkap dengan kepala di depan dan ekor di belakang. Biasanya ada sekitar 18-22 pendayung, seorang drummer di depan, dan seorang pengemudi di belakang. Dan percayalah, sinkronisasi mereka luar biasa! Salah satu yang bikin kagum itu, bagaimana mereka bisa mendayung dengan ritme yang pas banget mengikuti suara drum.
Kesenian di Balik Lomba Perahu Naga
Banyak orang mengira lomba ini cuma soal adu cepat indonesia kaya. Padahal, ada seni yang luar biasa dalam setiap gerakan. Bahkan dari cara perahu dihias saja udah kelihatan—warnanya cerah, motif naga yang rumit, dan kepala naga yang seolah hidup ketika perahu melaju di air.
Yang paling saya suka itu bagian awal lomba, ketika perahu-perahu “berbaris” di garis start. Musik tradisional Tionghoa mulai diputar, kadang ada barongsai juga yang tampil sebelum lomba dimulai. Saya pernah lihat di Festival Perahu Naga di Sungai Kapuas, Pontianak—dan itu meriah banget. Orang-orang berdiri di pinggir sungai, ada yang jualan makanan, anak-anak pakai baju merah cerah, dan kamera di mana-mana.
Dan satu hal yang saya pelajari dari ngobrol sama panitia lomba—setiap gerakan mendayung itu ada filosofinya. Keselarasan antar pendayung mencerminkan kerja sama, persatuan, dan keseimbangan hidup. Itulah kenapa mereka latihan berminggu-minggu, bahkan kadang berbulan-bulan sebelumnya. Jadi ya, ini bukan cuma soal siapa yang paling cepat, tapi juga siapa yang paling kompak.
Mengapa Lomba Perahu Naga Begitu Dinanti?
Jujur, saya bukan orang yang suka keramaian. Tapi entah kenapa, setiap kali ada info lomba perahu naga di kota saya, saya langsung tandai di kalender.
Alasannya?
Karena lomba ini bukan cuma soal olahraga, tapi juga momen kumpul warga. Di sana, saya bisa lihat anak-anak ketawa bareng, ibu-ibu masak dan jual makanan khas Tionghoa, bapak-bapak nonton sambil ngopi, dan anak muda sibuk selfie. Kadang saya pikir, ini kayak Lebaran versi komunitas Tionghoa.
Dan yang bikin beda, ada semangat kompetisi yang sehat. Tim dari berbagai daerah datang dengan kebanggaan tersendiri. Mereka bawa nama daerahnya, pakai kaos seragam, dan saling menyemangati. Bahkan, beberapa tim luar negeri juga ikut—kayak dari Malaysia atau Singapura. Gokil sih!
Lomba ini juga sering jadi bagian dari event wisata. Pemerintah daerah biasanya pasang spanduk besar, promosi di medsos, dan ngundang media. Jadi, bagi pecinta budaya dan wisata lokal, ini adalah ajang yang wajib dikunjungi.
Pengalaman Menonton Lomba Perahu Naga: Antara Antusias dan Kepanasan
Pertama kali saya nonton langsung itu di Sungai Musi, Palembang. Pagi-pagi udah berangkat karena takut kehabisan tempat di pinggir sungai. Eh, ternyata saya nggak sendiri. Jalanan udah padat, parkir susah, tapi auranya itu loh… semangat banget.
Begitu lomba dimulai, saya langsung merinding. Suara drum menggema, para pendayung teriak bareng, dan air sungai kayak terbelah dua saking cepatnya mereka mendayung. Rasanya kayak nonton final Piala Dunia—deg-degan, seru, dan penuh warna.
Tapi ya, ada juga tantangannya. Cuaca panas banget, kadang susah cari tempat duduk, dan suara speaker yang kadang pecah. Tapi buat saya itu jadi bagian dari pengalaman. Saya sempat ketemu ibu-ibu dari luar kota yang sengaja datang cuma buat nonton lomba ini. Katanya sih, “Sekali lihat, pasti pengen balik lagi.”
Tips Menonton Lomba Perahu Naga Biar Nggak Ketinggalan Momen
Nah, buat kamu yang penasaran atau pengen nonton langsung, saya mau bagi beberapa tips penting berdasarkan pengalaman pribadi:
Datang lebih awal.
Jangan harap bisa dapet spot strategis kalau datang mepet waktu lomba. Idealnya datang minimal 1 jam sebelum lomba dimulai.Cari tahu jadwal dan lokasi lomba.
Beberapa kota punya venue tetap, tapi ada juga yang berubah tiap tahun. Ikutin akun media sosial pemerintah kota atau komunitas lokal.Bawa perlengkapan.
Topi, kacamata hitam, payung lipat, sunscreen, bahkan bantal duduk portable—percaya deh, ini semua bikin nonton makin nyaman.Siapkan kamera atau smartphone.
Karena banyak momen seru dan instagramable! Tapi hati-hati sama cipratan air, ya. Saya pernah kena basah waktu terlalu dekat ke pinggir sungai.Jangan lupa bawa uang cash.
Banyak jajanan enak di lokasi. Dari bakpao, siomay, es tebu, sampai makanan khas komunitas Tionghoa seperti kue keranjang dan onde-onde.Ajak teman atau keluarga.
Nonton rame-rame jauh lebih asyik. Bisa seru-seruan bareng, dan lebih aman juga.
Pelajaran yang Saya Dapat dari Lomba Perahu Naga
Kalau ditanya apa pelajaran terbesar dari nonton dan belajar tentang lomba perahu naga, jawabannya simpel: kerja sama itu segalanya.
Saya lihat sendiri betapa pentingnya kekompakan tim. Kalau satu orang aja nggak sinkron, perahu bisa belok atau malah kalah cepat. Jadi ya, dalam hidup pun kayak gitu. Kita nggak bisa jalan sendiri. Harus kompak, saling dukung, dan punya ritme yang sama.
Selain itu, saya juga belajar tentang pelestarian budaya. Banyak anak muda sekarang yang malah bangga jadi pendayung perahu naga. Mereka latihan keras, jaga stamina, dan bener-bener serius. Itu bukti kalau tradisi bisa tetap hidup, asal ada yang peduli dan menjaga.
Dan terakhir, saya belajar untuk menikmati momen. Kadang kita terlalu sibuk cari hiburan yang jauh-jauh, padahal ada budaya lokal yang luar biasa di sekitar kita.
Yuk, Nonton Lomba Perahu Naga!
Kalau kamu belum pernah nonton lomba perahu naga, coba deh sesekali sempatkan. Rasakan sendiri atmosfernya. Siapa tahu dari sekadar penonton, kamu malah jadi pendukung tradisi ini.
Lomba perahu naga bukan cuma soal mendayung cepat, tapi soal cerita, budaya, dan semangat yang menyatukan banyak orang. Dan yang paling penting, ini adalah bukti bahwa budaya bisa tetap hidup—asal kita mau datang, melihat, dan menghargainya.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Ajat Temuai Datai: Keindahan Budaya Lokal Indonesia yang Wajib Dijaga disini